Banjir Kepung Desa Pandu, Orang Tua Pilih Gendong Anak
Mata Hadi Suyitno sembap Minggu (5/2). Duduk di teras rumahnya di
Desa Pandu, Kecamatan Cerme, pria 66 tahun itu menemui ratusan
petakziah. Mereka mengucapkan belasungkawa karena kehilangan Hadi
Satria, putra Suyitno. Satria tenggelam saat menolong dua bocah yang
hanyut saat banjir.
Sabtu
(4/2) sekitar pukul 17.00, Satria, 20, dan Yaqobus, 20, dua pemuda Desa
Pandu, meninggal karena tenggelam oleh banjir luapan Kali Lamong.
Mereka terseret arus setelah menolong dua bocah yang berenang dalam
genangan di jalan poros desa. Dua anak itu adalah M. Fiqi, 9; dan
Gilang, 12.
Fiqi
dan Gilang selamat. Namun, Satria dan Yaqobus justru terseret arus
hingga tewas. Suyitno mengaku sangat kehilangan putranya. Kepada ratusan
petakziah dari kampung serta teman-teman Satria dari SMK Muhammadiyah 3
Gresik, Suyitno bercerita.
Sore
itu,dia menghubungi Satria untuk meminjam motor. Sekitar pukul 16.00,
Satria pulang bekerja dari perusahaan baja di Jalan Mayjend Sungkono,
Kecamatan Kebomas. Satria adalah anak bungsu di antara dua bersaudara
pasangan Suyitno dan Karwati (almarhumah). Satria baru lulus SMK pada
2016. Baru tiga minggu dia bekerja di pabrik baja.
Jalan
poros Desa Pandu adalah satu-satunya akses masuk ke perkampungan. Saat
itu jalan tergenang air luapan Kali Lamong. Satria hendakmelewati akses
tersebut. ”Hati-hati ya,” kata Suyitno kepada putranya. Satria masih
mengenakan seragam dan jaket. Setelah melewati jembatan kayu, Satria
melihat Yaqobus, teman kampungnya, berusaha menolong dua anakyang tengah
terseret arus.
Satria
lantas berusaha membantu Yaqobus. Mereka bertaruh nyawa untuk
menyelamatkan dua bocah itu. ”Mungkin kelelahan. Satria dan Yaqobus
malah terseret banjir,” ucapmantan petugas satpam tersebut, lirih.
Jenazah
Satria dan Yaqobus ditemukan hari itu sekitar pukul 19.00. Tubuh mereka
tidak terseret jauh, hanya sekitar 2 meter dari lokasi tenggelam. Malam
itu juga,jenazah Satria dimakamkan di desa setempat.
Semnetara
itu, jenazah Yaqobus dikebumikan di permakaman Kristen di Jalan Jaksa
Agung Suprapto. Pemakaman tersebut dihadiri Sudarsono, ayah korban. Sang
ibu, Sugiyem, terlihat terguncang. Dia mengalami pendarahan ketika
mengetahui bahwa Yaqobus meninggal. ”Istri Pak Sudarsono sedang hamil
tujuh bulan. Waktu tahu anaknya meninggal, dia langsung tidak sadarkan
diri sampai pendarahan,” ungkap Slamet Suyanto, 52, salah seorang warga,
Minggu itu.
Banjir
luapan Kali Lamong melanda Desa Pandu pada Sabtu hingga Minggu (5/2).
Air bah semakin tinggi. Saat akhir pekan itu, tinggi air di jalan poros
desa mencapai paha orang dewasa. Arus lumayan deras. Desa Pandu pun
terancam terisolasi karena akses terkepung air.
Di
desa itu, tercatat ada 20 hektare sawah yang terendam serta 65 hektare
tambak yang tenggelam. Jalan desa sejauh ratusan meter tergenang air
sekitar 1 meter. Warga memilih berhati-hati. Orang tua pun menggendong
anak-anak mereka agar tidak hanyut oleh banjir.
0 komentar:
Posting Komentar