Saham Persebaya 70 Persen Dibeli Jawa Pos, Ini Alasannya
Saham Persebaya Surabaya, sebanyak 70 persen saat ini mayoritas menjadi
milik Jawa Pos. Kepastian investor tersebut, sudah ditentukan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung Graha Pena Jawa
Pos, Surabaya, pada Selasa (7/2/2017) lalu.
Azrul
Ananda Presiden Klub Persebaya Surabaya mengaku mempunyai alasan Jawa
Pos membeli 70 persen saham Persebaya Surabaya. Lantaran, melihat dari
historis panjang, antara Persebaya Surabaya dengan Jawa Pos.
Seperti, sebutan yang banyak diciptakan dari Jawa Pos dengan istilah Bonek (bondo nekat), ungkapan haus gool Persebaya.
"Kemudian
simbol wong mangap (wajah orang berteriak), dan itu yang menggambar
adalah orang Jawa Pos. Orang itu sampai sekarang masih bekerja di Jawa
Pos," kata Azrul Ananda, kepada suarasurabaya.net, Rabu (9/2/2017).
Selain
itu, permintaan untuk mengelola menjadi investor Persebaya Surabaya itu
juga sudah cukup lama. Guna mengembalikan Persebaya Surabaya seperti
dulu, mencapai kejayaan di tahun 1980 an.
Menurut
pria akrab dipanggil Aza, pengelolaan yang dilakukan itu bukanlah suatu
hal baru, karena sudah dilakukan pembicaraan dan pembahasan dengan
pengurus lama.
"Karena
situasi dan kondisi, baru saja ramai pengelolaannya. Bahkan, pengurus
lama sudah bekerjasama selama beberapa bulan ini menyiapkan Persebaya
Surabaya tim solid," ujar dia.
"Saya
rasa klub yang menjadi legendaris sepakbola Indonesia. Maka kami
perusahaan berbasis di Surabaya punya tanggung jawab mempertahankan,"
kata Aza.
Saat
disinggung setelah membeli 70 persen saham Persebaya Surabaya, mengenai
plus minusnya? Pria kelahiran Samarinda tersebut mengaku kalau tidak
takut tekor, dan yakin bisa meraup keuntungan.
Sebab,
Jawa Pos berkiprah di dunia olahraga sudah cukup lama. Seperti yang
dilakukannya dengan mendirikan dan mengelola Basket sejak tahun 2004.
"Jadi saya tahu betul mengenai manajemen olahraga," ujar dia.
Tapi,
ada yang perlu diketahui, kata Azrul, Persebaya kedepannya itu bukan
untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, melainkan bagaimana
menjadikan Persebaya itu sustainable.
"Selama
ini, klub-klub Indonesia mohon maaf, dibawa ke politik. Kemudian,
emosionalnya secara individu. Nah, dengan korporasi kondisi sekarang ini
akusisinya secara profesional antara PT (Jawa Pos) dengan PT
(Persebaya)," katanya.
CEO
Jawa Pos Group itu juga menginginkan Persebaya Surabaya bisa hidup
terus dan berkelanjutan. Jika tidak, maka nasibnya akan seperti yang
dulu-dulu, setahun bagus, setelah itu hilang tidak ada perkembangan
"Kita
tidak ingin seperti itu, dan kita harus bisa mampu mengembangkan.
Bagaimana membuat program Persebaya sustainable untuk jangka
panjangnya," ujarnya. (bry/rst)
0 komentar:
Posting Komentar