Aliansi Kebangsaan Tangkal Radikalisme
Ribuan massa dari belasan organisasi menggelar apel kebangsaan di
Simpang Lima Gumul (SLG), Ngasem, kemarin. Mereka menyatakan sikap
melawan radikalisme dan menolak khilafah. Aspirasinya, Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati dan Pancasila harus dijaga.
“Penganut
paham-paham radikal, mereka tidak boleh tumbuh di negara ini,” ujar
Munasir Huda, ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Kediri
Dia
menyampaikan, persoalan bangsa ini tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri.
Termasuk demi menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila dari gerakan-gerakan
radikal, baik berhaluan ekstrem kanan maupun kiri. “Ya, harus bergandeng
tangan bersama-sama,” tuturnya.
Massa
yang terbangun dari aliansi kemarin adalah gabungan organisasi yang
cenderung nasionalis religius. Tergabungnya komponen organisasi tersebut
karena melihat ada permasalahan yang sama. Bahwa ada kelompok radikal
yang ingin memecah belah umat dan mendirikan khilafah.
Di
Kabupaten Kediri, Munasir menyebut, sudah ada embrio-embrio
radikalisme. “Gerakannya sudah melebar ke mana-mana, meski mereka tidak
menyebutkan nama organisasinya,” papar pria yang pernah menjadi tahanan
politik di era Orde Baru (Orba) itu.
Atas
hal itu, organisasinya akan bersama-sama melakukan pencegahan. Termasuk
menuntut pemerintah agar tidak memberi akses berkembangnya paham yang
bisa merusak keutuhan NKRI.
Di
tempat sama, Sekretaris DPC PDI-P Kabupaten Kediri Sulkani mengatakan,
negara ini dibentuk dari keberagaman suku, budaya, agama, dan ras. Dalam
kebinekaan itulah bangsa ini harmonis, karenanya anak bangsa harus
bersatu. “Jangan sampai cerai berai. NKRI harga mati dan menjaga
Pancasila sebagai ideologi bangsa,” tegas politisi yang juga ketua DPRD
Kabupaten Kediri ini.
Sebelum
apel kebangsaan, GP Ansor dan Banser Kabupaten Kediri konvoi keliling
jalan raya Kabupaten-Kota Kediri. Setelah itu, mereka bergabung dengan
organisasi lainnya di SLG. Dalam apel kebangsaan itu hadir IPNU, Pagar
Nusa, Garda Bangsa, Repdem, dan Pemuda Kakbah. Dari kalangan mahasiswa
ada PMII dan GMNI. Lalu massa dari PDI-P, PKB, dan PPP.
Di
tengah massa tampak mantan Bupati Kediri Sutrisno ikut mendukung apel
kebangsaan. Dia juga ikut tanda tangan petisi. “Pesannya NKRI harga
mati,” paparnya.
Dalam
apel kebangsaan dibentangkan poster-poster penolakan paham radikalisme.
Di antaranya tolak ormas radikal hidup di Kediri; junjung tinggi NKRI;
gerakan rakyat Kediri bela Pancasila dan NKRI; serta tulisan NU merawat
tradisi, mengupayakan inovasi dan menjaga NKRI. (rq/ndr/die)Aliansi
Kebangsaan Tangkal Radikalisme
KEDIRI
KABUPATEN - Ribuan massa dari belasan organisasi menggelar apel
kebangsaan di Simpang Lima Gumul (SLG), Ngasem, kemarin. Mereka
menyatakan sikap melawan radikalisme dan menolak khilafah. Aspirasinya,
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati dan
Pancasila harus dijaga.
“Penganut
paham-paham radikal, mereka tidak boleh tumbuh di negara ini,” ujar
Munasir Huda, ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Kediri
Dia
menyampaikan, persoalan bangsa ini tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri.
Termasuk demi menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila dari gerakan-gerakan
radikal, baik berhaluan ekstrem kanan maupun kiri. “Ya, harus bergandeng
tangan bersama-sama,” tuturnya.
Massa
yang terbangun dari aliansi kemarin adalah gabungan organisasi yang
cenderung nasionalis religius. Tergabungnya komponen organisasi tersebut
karena melihat ada permasalahan yang sama. Bahwa ada kelompok radikal
yang ingin memecah belah umat dan mendirikan khilafah.
Di
Kabupaten Kediri, Munasir menyebut, sudah ada embrio-embrio
radikalisme. “Gerakannya sudah melebar ke mana-mana, meski mereka tidak
menyebutkan nama organisasinya,” papar pria yang pernah menjadi tahanan
politik di era Orde Baru (Orba) itu.
Atas
hal itu, organisasinya akan bersama-sama melakukan pencegahan. Termasuk
menuntut pemerintah agar tidak memberi akses berkembangnya paham yang
bisa merusak keutuhan NKRI.
Di
tempat sama, Sekretaris DPC PDI-P Kabupaten Kediri Sulkani mengatakan,
negara ini dibentuk dari keberagaman suku, budaya, agama, dan ras. Dalam
kebinekaan itulah bangsa ini harmonis, karenanya anak bangsa harus
bersatu. “Jangan sampai cerai berai. NKRI harga mati dan menjaga
Pancasila sebagai ideologi bangsa,” tegas politisi yang juga ketua DPRD
Kabupaten Kediri ini.
Sebelum
apel kebangsaan, GP Ansor dan Banser Kabupaten Kediri konvoi keliling
jalan raya Kabupaten-Kota Kediri. Setelah itu, mereka bergabung dengan
organisasi lainnya di SLG. Dalam apel kebangsaan itu hadir IPNU, Pagar
Nusa, Garda Bangsa, Repdem, dan Pemuda Kakbah. Dari kalangan mahasiswa
ada PMII dan GMNI. Lalu massa dari PDI-P, PKB, dan PPP.
Di
tengah massa tampak mantan Bupati Kediri Sutrisno ikut mendukung apel
kebangsaan. Dia juga ikut tanda tangan petisi. “Pesannya NKRI harga
mati,” paparnya.
Dalam
apel kebangsaan dibentangkan poster-poster penolakan paham radikalisme.
Di antaranya tolak ormas radikal hidup di Kediri; junjung tinggi NKRI;
gerakan rakyat Kediri bela Pancasila dan NKRI; serta tulisan NU merawat
tradisi, mengupayakan inovasi dan menjaga NKRI. (rq/ndr/die)
0 komentar:
Posting Komentar